2/24/2008

Hanya mulut yang bisa menghentikan semburan

Kontribusi oleh www.seputar-indonesia.com
Kamis, 22 Pebruari 2007
Update terakhir pada Kamis, 22 Pebruari 2007

Para ahli geologi mengusulkan segera dilakukannya pembuatan kanal terbuka dan relokasi warga di sekitar lokasi semburan lumpur panas Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Dua hal tersebut mendesak dilakukan mengingat sudah tidak ada lagi teknologi yang bisa dilakukan untuk menghentikan semburan lumpur Lapindo.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Said D Jenie memprediksi semburan lumpur baru bisa berhenti setelah 31 tahun atau pada 2038 mendatang. Menurut dia, semburan lumpur itu merupakan fenomena alam yang hampir tidak bisa dihentikan, baik dari segi tekanan, temperatur, ataupun kekuatan semburan.

Semburan baru berhenti dengan sendirinya setelah 31 tahun, ungkap Said di sela-sela acara International Geological Workshop Sidoarjo Mud Volcano di Gedung BPPT, Jakarta,kemarin. Kepala Departemen Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Edi Sunardi menjelaskan, kanal terbuka adalah solusi yang paling pas untuk mengalirkan lumpur ke laut secara maksimal. Edi menjelaskan, kanal terbuka akan berfungsi mengalirkan lumpur ke laut.

Menurut dia, cara ini berbeda dengan pengaliran lumpur ke laut yang menggunakan pipa, seperti yang pernah diusulkan sebelumnya.Atau membuang lumpur melalui Sungai Porong yang tidak efektif.

Pengaliran dengan pipa, kata Edi, tidak lagi memungkinkan. Susah, dengan pipa nggak akan berjalan, karena lumpurnya sudah mengental jelasnya. Kanal terbuka itu bentuknya seperti sungai, sehingga lumpur hanya membutuhkan siraman air hujan untuk mengalir menuju laut.
Mengenai pengaliran lumpur ke laut,Edi menyatakan bahwa hal itu tidak berbahaya.

Ada beberapa penelitian menyebutkan bahwa begitu lumpur masuk ke laut, dia akan mengendap dan berada di bawah lumpur laut, ungkapnya. Jika hal itu tidak dilakukan, Edi khawatir banyak wilayah yang akan tenggelam oleh lumpur.
Sebab semburan lumpur terus bertambah setiap harinya. Selain itu, Edi juga mengeluhkan mengapa saran ahli geologi jarang didengar.

IAGI jarang didengar, tidak seperti IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
yang langsung didengar saat ada malapraktik dan yang lain. Coba kalau didengar, tidak perlu ada berhektare tanah yang tenggelam dan miliaran rupiah dikeluarkan, tukasnya. Ahli Geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hery Harjono berpendapat, secara geologis, semburan lumpur Lapindo sudah sangat sulit dihentikan.

Dia juga menilai upaya menutup lubang semburan juga sudah tidak mungkin lagi. Dia menyarankan agar penanganan warga menjadi fokus. Hery, yang menjabat Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI ini, menyarankan agar diadakan pemetaan terhadap wilayah yang cenderung tanahnya turun akibat semburan lumpur.

Di wilayah tersebut,kata dia,tidak boleh ditinggali masyarakat karena berbahaya. Langkah itu, menurut Hery, akan bermanfaat banyak.

Kita petakan ordernya, apakah hanya dibatasi yang lumpur tadi, apakah lebih lebar lagi yang kita bikin peta. Itu paling simpel dan akan menolong banyak orang. Infrastruktur memang harus dipindah menurut saya memang tidak simpel, tapi so whaaaat..?, memang harus begitu paparnya.

Ahli Geologi dari Disaster Prevention Research Institute
Kyoto Universiti James J Mori mengatakan, semburan lumpur Lapindo merupakan mud volcano (gunung lumpur) yang terbesar. Ini baru, saya tidak pernah melihat di dunia mud volcano yang besar seperti itu ucapnya. (dian widiyanarko/abdul malik)

Tidak ada komentar: